Tag Archives: Megawati

Partai Yang Tak Jelas “Kelaminnya”

SUARABANGET.COM|Wajar jika Megawati selaku Ketua Umum PDIP mendorong fraksinya di DPR untuk melakukan Interpelasi kepada Pemerintah, tentang kisruh soal perbatasan Indonesia-Malaysia. Sebagai partai oposisi, memberi tekanan politik kepada pemerintah atas suatu persoalan adalah sesuatu yang wajar dan aneh kalau tidak dilakukan.

Namun menjadi tidak wajar dan tidak etis kalau hal tersebut dilakukan oleh Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai GOLKAR anggota Koalisi Partai Pemerintah, dan Ketua Harian Sekber Koalisi. Kecuali jika seruan interpelasi ini hanya sekedar pertunjukkan yang telah diskenario dan disepakati oleh anggota koalisi, terutama sang ketua.

Sudah berulangkali GOLKAR dan ICAL terang-terangan berseberangan dengan pemimpin koalisi Partai Demokrat dan merapat ke partai oposisi. Namun keputusannya untuk tetap berada dalam koalisi merefleksikan sikap plin-plan dan tak tahu malu.

Menurut pandangan saya, ibarat manusia, Partai GOLKAR itu seperti manusia yang TAK JELAS KELAMINNYA. OPOSISI atau KOALISI?

Haruskah Trah Soekarno Yang Memimpin PDIP?

foto wikipediaDALAM pidato politik saat membuka KONGGRES III PDIP Megawati menyitir kata-kata bapaknya yang kira-kira berbunyi: MUNDUR AJUR, MANDEG AMBLEK…dst. Surut atau melangkah ke belakang hancur, berhenti runtuh.

Menurut saya kutipan tersebut di atas sangat pas untuk menggambarkan alasan dan kekhawatiran Megawati sehingga mau didaulat kembali sebagai Ketua Umum PDIP periode 2010-2015.

Jika Megawati MUNDUR dan BERHENTI sebagai Ketua Umum, para kader dan beliau sendiri khawatir PDIP akan RUNTUH dan HANCUR. Setidak-tidaknya untuk saat ini. Sebagai PARPOL besar PDIP memang mengandung potensi konflik internal yang besar pula. Konon hanya Megawati sendiri yang mampu mengatasi hingga tidak meluas dan merugikan partai.

Baca pos ini lebih lanjut

Megawati Harus Rela Dan Tega Mundur Satu-dua Langkah!

foto detikcomKONGGRES III PDIP akan dibuka hari ini. Agenda pemilihan Ketua Umum atau KETUM diperkirakan tak akan seramai pemilihan KETUM Partai Demokrat dan partai lain. Jika tak ada kader atau sekelompok kader yang berani mengusik dan menantang Megawati, diperkirakan pemilihan akan berlangsung sangat cepat.

Pencalonan tunggal Megawati sebagai KETUM PDIP periode 2010-2015, nampaknya sudah dirancang sejak awal. Bahkan Guruh yang menurut hitungan pasti kalah, karena hanya didukung oleh 4 DPC, sama sekali tak diberi kesempatan. Dengan alasan dapat menggganggu ketertiban konggres, balihonya disingkirkan dari sekitar tempat konggres. Bahkan dengan pongah Puan Maharani,sang keponakan yang menjadi ketua panitia konggres, menyatakan jika Guruh tidak puas SILAKAN KELUAR DAN MEMBENTUK PARTAI BARU! Sebuah sikap sombong dan lupa bahwa hengkangnya beberapa tokoh PDIP pada Konggres terdahulu yang berujung lahirnya Partai Demokrasi Pembaruan, mungkin merupakan salah satu faktor penurunan perolehan suara PDIP pada Pileg 2009.

Baca pos ini lebih lanjut

PDIP Hanya Punya Megawati?

foto detikcomApakah PDIP hanya mempunyai Megawati dan keluarganya? Sebuah pertanyaan iseng yang layak direnungkan. Meskipun hal tersebut merupakan urusan internal partai, namun masyarakat tentu berhak memberikan pandangannya.

Jauh hari jelang KONGGRES III PDIP di Bali, yang salah satu agenda utamanya adalah pemilihan Ketua Umum, praktis hanya nama Megawati yang ramai diperbincangkan. Menyusul nama adiknya, Guruh Soekarno, serta kedua putranya Prananda Prabowo dan Puan Maharani.

Pada Konferensi Daerah atau KONFERDA PDIP nama-nama itu mengerucut pada Megawati yang mendapat suara mutlak hampir seluruh DPC dari 33 DPD dan hanya 4 DPC yang berani beda mengusung Guruh.

Baca pos ini lebih lanjut

Kasak-kusuk Jelang Konggres PDIP

Perang wacana antara MEGAWATI dengan Taufik Kiemas tentang kemungkinan reposisi PDIP untuk berkoalisi dengan partainya Pemerintah, boleh jadi hanya merupakan permainan politik jelang KONGGRES di Bali.

Perang atau adu wacana antar kader atau fungsionaris PDIP tentu merupakan hal yang wajar. Namun kalau hal tersebut terjadi antara Ketua Umum PDIP MEGAWATI dengan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Taufik Kiemas, tentu ini sangat luar biasa. Apalagi jika hal tersebut dilakukan secara terbuka.

Saya menduga perbedaan pendapat antara MEGAWATI dan Taufik Kiemas hanya sebuah trik atau permainan politik, untuk menciptakan ruang debat pada KONGGRES PDIP tanggal 6-9 april mendatang.

Ruang debat yang sangat diperlukan pada penyelenggaraan KONGGRES di Bali, sebagai ajang pelepasan energi yang terkekang karena tertutupnya pintu debat soal pergantian Ketua Umum partai.

Seperti yang dikatakan oleh Taufik Kiemas, terpilihnya MEGAWATI sebagai sebagi Ketua Umum PDIP sudah tak terbendung lagi. KONGGRES hanya perlu mengesahkan saja. Jadi apa menariknya KONGGRES yang agenda utamanya adalah pemilihan Ketua Umum dan pembentukan kepengurusan partai?

Oleh karena itu untuk meramaikan dan memberi arti KONGGRES, dihembuskan wacana PDIP akan tetap beroposisi atau berkoalisi. Meskipun hasilnya sudah sangat pasti, sepasti dipilihnya kembali MEGAWATI sebagai Ketua Umum, PDIP akan tetap menjadi PARTAI OPOSISI.

Mungkin KONGGRES PDIP di Bali bulan depan akan lebih hidup, jika MEGAWATI berani menyatakan diri tidak mau lagi dipilih sebagai Ketua Umum partai moncong putih itu. Atau tiba-tiba ada sekelompok kader yang berani melawan arus dengan mengajukan calon Ketua Umum lain yang berkualitas, dan berani diadu dengan MEGAWATI!

Tapi sepertinya tidak mungkin. Karena pasti akan segera digencet oleh para pemuja MEGAWATI. Kalau hal ini terjadi, perpecahan seperti saat KONGGRES PDIP terdahulu dimungkinkan bisa terjadi. Suatu hal yang akan mati-matian dihindari. Jadi KONGGRES akan diseting aman-aman saja, meskipun harus mematikan dinamika demokrasi, yang sewajarnya terjadi pada partai politik sebesar PDIP.

Seharusnya Megawati Legawa Lengser Keprabon

Seharusnya MEGAWATI dengan legawa lengser dari kursi Ketua Umum PDIP pada KONGGRES di Bali bulan april mendatang. Namun jika dilakukan sekarang mungkin sudah terlambat!

foto detikcomSeharusnya KONGGRES PDIP di Bali pada tanggal 6 – 9 april 2010 mendatang, merupakan moment yang paling tepat bagi MEGAWATI untuk turun keprabon dari singgahsana Ketua Umum PDIP. Meskipun mengalami kekalahan pada pemilu legeslatif dan PILPRES 2009, paska ANGKET CENTURY, pamor PDIP sedang naik daun. PDIP telah menjadi patron partai politik yang konsisten dalam mengkritisi Pemerintah.

Kekhawatiran bahwa PDIP tidak akan solid lagi jika tidak dipimpin oleh MEGAWATI atau trah SOEKARNO lainnya, menurut saya sangat berlebihan. Hal ini jelas merupakan cermin pengkultusan pribadi MEGAWATI dan trah SOEKARNO, dan mendiskreditkan beliau hanya sebagai PALU pereda konflik yang biasa terjadi pada partai politik sebesar PDIP.

Jika program kaderisasi partai berjalan baik dan dijalankan secara profesional tanpa nepotisme, tak sulit bagi PDIP untuk menemukan pemimpin partai sekaliber MEGAWATI, bahkan yang jauh lebih baik daripada beliau.

Kegigihan MEGAWATI untuk tetap bertahan di kursi Ketua Umum, dalam jangka pendek mungkin baik bagi PDIP. Namun dalam jangka panjang justru sangat merugikan, karena sama saja dengan menghilangkan kesempatan kader-kader partai yang mempunyai potensi untuk memimpin PDIP, dan menenggelamkan mereka dalam arus pusaran rasa frustasi.

Namun kalaupun MEGAWATI ingin lengser, sekarang sudah terlambat. Menyitir pernyataan Taufik Kiemas, terpilihnya MEGAWATI sebagai Ketua Umum PDIP periode 2010-2015 tinggal ketuk palu di KONGGRES mendatang. Mewacanakan penggantian beliau justru akan menimbulkan konflik yang berpotensi menimbulkan perpecahan, yang kata orang adalah tradisi dalam KONGGRES PDIP. Tentu kita masih ingat konflik pada KONGGRES sebelumnya, yang membuat beberapa kader hengkang dan membidani lahirnya partai sempalan: PARTAI DEMOKRASI PEMBAHARUAN, yang mungkin menggembosi perolehan suara PDIP.

Lalu apa solusinya? Wacana adanya posisi baru dalam struktur kepengurusan partai, misalnya WAKIL KETUA UMUM, mungkin adalah solusinya. Asalkan nantinya MEGAWATI legawa memberi kewenangan lebih kepada siapapun yang duduk di sana, dan beliau rela mundur satu-dua langkah.

Namun PDIP mbok ya jangan terlalu mengandalkan dan mengistimewakan trah SOEKARNO. Jangan-jangan dia hanya dijadikan bendera, sementara pemegang tiangnyalah yang sebenarnya berkuasa!

Foto dukumentasi detikcom